Senin, 13 September 2010

Kenapa untuk mengagumi alam harus berbelit ?

Yup, sebenarnya pertanyaan di atas adalah satu ungkapan "kepenasaran" saya sebagai orang yang memiliki kesukaan dan minat yang menggebu terhadap keindahan alam (liar) namun harus terbentur dengan berbagai "kendala" dan (tentu saja) salah satunya adalah "modal" materiil. Jujur, saya bukanlah orang profesional dalam teknik-teknik penelusuran goa atau pendakian gunung namun setidaknya saya berhak dan merasa mampu mempelajarinya tanpa harus melalui proses yang belibet dan terkesan melebih2kan.
Ketika kuliah semester awal, saya sempat tertarik untuk bergabung dengan (salah satu) kelompok mahasiswa pecinta alam. Namun, singkat cerita, setelah saya amati dan teliti dari waktu kewaktu kok kegiatan mereka lebih menonjol pada beberapa sisi negatif (yang secara pribadi saya sangat tidak cocok). Untuk masuk saja kita memang harus di-junior-kan (sekali), setelah masuk (berdasarkan pengamatan) kita harus "mau" ikut tradisi yang sangat tidak relevan seperti minum minuman keras, dsb. Saya pikir wajar saja kalau ini merupakan salah satu "keberbelit-an" untuk menganggumi alam. Selang waktu saya berpikir untuk melakukan kegiatan "mencintai" alam secara individu, dengan mengajak teman-teman se-minat yang tidak memerlukan biaya mahal dan peralatan "bergengsi".. toh saya pikir kalau hanya untuk hiking atau sekedar menyusuri bukit untuk apa harus pakai sepatu seharga 300rb? atau beli tas dengan merek "outdoor" abiss gitu?
Saya pikir kadang bisa jadi dalam hati orang yang ber"outdoor gear" mahal akan merasa malu ketika melakukan penyusuran bukit atau lembah atau katakanlah goa horisontal yang kering bertemu dengan penduduk lokal yang hanya "cekeran" (tanpa sandal) sambil megang sabit dan seonggok rumput dengan santainya mendahului mereka.
Dari uraian singkat ini, sebenarnya beberapa hal yang wajib dimiliki pada diri pengagum alam adalah kesadaran akan alam adalah bagian dari diri kita, bagian dari hidup kita baik masa kini maupun masa depan, dengan begitu dia akan menghargai alam dan juga (tentunya) akan menghargai hidupnya sendiri. Dia tidak akan merusak alam seperti (contohnya) membuang botol bir di dalam gua, dsb.. dan dia juga tidak akan dengan "sembrono"nya bludas-bludus menyusuri lokasi alam diluar pengetahuan dan kemampuannya. Jadi pada intinya kita semua berhak mengagumi alam dan mengunjungi alam selama alam tersebut mengijinkan kita.
Salam Wisata Murah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar